Kamis, 17 Desember 2015



KERIKIL YANG SEHARUSNYA BISA KULEWATI TANPA MENAPAKINYA, KUSENTUH DENGAN SELURUH BAGIAN TELAPAK KAKI DAN TANGAN.
Kemarin, saya mendengar isi kotbah Romo mengatakan bahwa di dalam Alkitab ada sebanyak 365 kata yang diungkapkan Tuhan “ Jangan Takut “ . Dengan tafsiran bahwa dalam setahun ada 365 hari, yang berarti setiap hari Tuhan mengatakan kepada  manusia agar jangan takut. Jangan takut dengan masa depan, jangan takut dengan apa yang terjadi saat ini, jangan takut untuk berbuat dan mengatakan yang benar, jangat takut, jangan takut, dan jangan takut. Apapun yang terjadi dalam hidup kita, itu merupakan rangkaian cerita yang dituliskan Tuhan kepada setiap orang. Satu pun manusia tak luput dari pengawasan dan tulisannya itu. Dalam mencapai garis finish Tuhan tidak memberikan satu jalan untuk kita. Dia memberi banyak jalan untuk kita pilih. Yah lagi – lagi kita dihadapkan dengan PILIHAN. Ketika kita memilih jalan yang menurut kita benar, tapi menurut Tuhan tidak. Maka pada akhirnya jalan yang kita pilih tadi adalah salah. Namun rangkaian cerita Tuhan tidak berhenti sampai di situ. Ketika kita salah memilih jalan, di persimpangan kita akan dihadapkan banyak jalan untuk kita pilih lagi. Yah, supaya kita tidak masuk ke jurang dan Tuhan selalu menuntun kita ke garis finish itu. Mungkin kita bisa mengetahui bahwa kita belum sampai ke garis finish. Pertanyaan saya adalah, sampai kapankah kita akan sampai ke garis finish itu ? Bagaimanakah kita mengetahui bahwa itu merupakan garis finish?
                Hari ini saya melalui jalan yang sudah saya pilih. Dengan segala keterpurukan dan kesesakan hati, saya lalui dengan segudang tawa. Tertawa merupakan hal yang bisa menyembunyikan kondisi hati yang menangis tidak kelihatan. Tertawa bisa menyembuhkan sesaat. Namun tetap saja setelahnya pikiran dan hati ini selalu membayangi dan memikirkan dia yang mungkin sibuk dengan mimpinya. “ Jalan yang kulalui hari ini sangat berat, karena banyak kerikil yang seharusnya bisa saya lewati tanpa menapakinya namun malah saya sentuh dengan kaki dan tangan. Ibarat seorang bayi yang masih belajar merangkak “. Saya merangkak dengan perjuangan dan kesakitan untuk menjalani setiap proses rangkaian cerita yang sudah dibuat untuk hidup saya. Di tengah jalan, saya berhenti dan termenung, sungguh begini sakitnya berjuang untuk melupakan seseorang yang meciptakan mimpi – mimpi selama setahun lebih dengan rangkaian kata manis dan indah, kata yang menyejukkan hati, kata yang membuat saya lupa akan orang lain, kata yang membuat saya yakin akan masa depan yang indah. Melupakan seseorang yang pergi tanpa ijin, pergi dengan tidak dewasanya tanpa bertangguung jawab dengan semua janji dan komitmen yang dibuat dengan indah. Kemudian saya bangkit lagi dan berjalan. Di sisi lain saya berpikir, saat ini dia memang harus fokus dengan mimpinya, dia harus berjuang untuk masa depannya, dan saya tidak boleh egois dengan memperlambat langkahnya menuju mimpinya. Mungkin perbedaan di antara kami sudah dipikirkannya matang – matang. Perbedaan itu mungkin yang menutup hatinya dan pergi melangkah diam dengan komitmen omong kosong dulu. Yah, saya berharap kelak di hati ini tidak ada rasa benci dan rasa dendam untuknya. Karena saya tau itu bukan pilihan yang bijak dan benar. Itu mutlak salah. Namun saya manusia, yang kadang tak mampu mengontrol emosi karena sakit yang mendalam dan membekas yang setiap hari saya bawa untuk berjalan merangkak di atas kerikil.
                Dalam hati kecil saya bertanya, “ Apakah dia bahagia melalui hari – harinya tanpa saya ?”
Mungkin jawabannya, “ YA”. Buktinya dia mampu melakukan hal yang menyakitkan buat saya tanpa memikirkan sedikitpun perasaan saya. Tanpa merasakan bahwa saya sedang merangkak di atas kerikil dengan kaki dan tangan ini. Ini hal bodoh. Yah, bodoh. Mengapa ? . karena tau kah kamu, bahwa sebenarnya saya tidak perlu jalan merangkak di atas kerikil itu ? sebenarnya tidak semua jalan dipenuhi kerikil. Ada beberapa di permukaan jalan yang bagus. Saya hanya memilih cara dengan melompatnya satu demi satu. Dan hari ini, saya sudah mencobanya walau di awal saya berjalan merangkak. Hari ini sudah saya lalui dengan tetap cucuran air mata yang menghiasi mata dan wajah. Dan berharap besok tidak ada air mata untuk dia yang tidak bertanggungjawab dengan komitmennya. Berharap besok saya masih mampu melangkah melewati kerikil – kerikil itu dan berjuang membuang rasa kesepian di hati. Berjuang untuk sesuatu yang mampu  kulewati. Berharap ada seseorang yang sudah dituliskan dalam rangkaian cerita hidup saya yang datang menopang tangan melewati badai ini. Datang dan setia berjalan bersama saya melewati kerikil. Berharap yang terbaik karena kita tidak boleh takut akan masa depan kita.
                Saya butuh seseorang untuk mendengarkan kisah ini, mendengarkan semua kisah yang saya alami. Paling tidak mengurangi segumpal kesesakan yang tertimbun di dalam hati. Tapi saya tak bisa. Saya hanya bisa menuliskan ini.
Sekian dan terimakasih.
By : Ervides

Tidak ada komentar:

Posting Komentar