KERIKIL
YANG SEHARUSNYA BISA KULEWATI TANPA MENAPAKINYA, KUSENTUH DENGAN SELURUH BAGIAN
TELAPAK KAKI DAN TANGAN.
Kemarin,
saya mendengar isi kotbah Romo mengatakan bahwa di dalam Alkitab ada sebanyak
365 kata yang diungkapkan Tuhan “ Jangan Takut “ . Dengan tafsiran bahwa dalam
setahun ada 365 hari, yang berarti setiap hari Tuhan mengatakan kepada manusia agar jangan takut. Jangan takut
dengan masa depan, jangan takut dengan apa yang terjadi saat ini, jangan takut
untuk berbuat dan mengatakan yang benar, jangat takut, jangan takut, dan jangan
takut. Apapun yang terjadi dalam hidup kita, itu merupakan rangkaian cerita
yang dituliskan Tuhan kepada setiap orang. Satu pun manusia tak luput dari
pengawasan dan tulisannya itu. Dalam mencapai garis finish Tuhan tidak
memberikan satu jalan untuk kita. Dia memberi banyak jalan untuk kita pilih.
Yah lagi – lagi kita dihadapkan dengan PILIHAN. Ketika kita memilih jalan yang
menurut kita benar, tapi menurut Tuhan tidak. Maka pada akhirnya jalan yang
kita pilih tadi adalah salah. Namun rangkaian cerita Tuhan tidak berhenti
sampai di situ. Ketika kita salah memilih jalan, di persimpangan kita akan
dihadapkan banyak jalan untuk kita pilih lagi. Yah, supaya kita tidak masuk ke
jurang dan Tuhan selalu menuntun kita ke garis finish itu. Mungkin kita bisa
mengetahui bahwa kita belum sampai ke garis finish. Pertanyaan saya adalah,
sampai kapankah kita akan sampai ke garis finish itu ? Bagaimanakah kita
mengetahui bahwa itu merupakan garis finish?
Hari ini saya melalui jalan yang
sudah saya pilih. Dengan segala keterpurukan dan kesesakan hati, saya lalui
dengan segudang tawa. Tertawa merupakan hal yang bisa menyembunyikan kondisi
hati yang menangis tidak kelihatan. Tertawa bisa menyembuhkan sesaat. Namun
tetap saja setelahnya pikiran dan hati ini selalu membayangi dan memikirkan dia
yang mungkin sibuk dengan mimpinya. “ Jalan yang kulalui hari ini sangat berat,
karena banyak kerikil yang seharusnya bisa saya lewati tanpa menapakinya namun
malah saya sentuh dengan kaki dan tangan. Ibarat seorang bayi yang masih
belajar merangkak “. Saya merangkak dengan perjuangan dan kesakitan untuk
menjalani setiap proses rangkaian cerita yang sudah dibuat untuk hidup saya. Di
tengah jalan, saya berhenti dan termenung, sungguh begini sakitnya berjuang
untuk melupakan seseorang yang meciptakan mimpi – mimpi selama setahun lebih
dengan rangkaian kata manis dan indah, kata yang menyejukkan hati, kata yang
membuat saya lupa akan orang lain, kata yang membuat saya yakin akan masa depan
yang indah. Melupakan seseorang yang pergi tanpa ijin, pergi dengan tidak
dewasanya tanpa bertangguung jawab dengan semua janji dan komitmen yang dibuat
dengan indah. Kemudian saya bangkit lagi dan berjalan. Di sisi lain saya
berpikir, saat ini dia memang harus fokus dengan mimpinya, dia harus berjuang
untuk masa depannya, dan saya tidak boleh egois dengan memperlambat langkahnya
menuju mimpinya. Mungkin perbedaan di antara kami sudah dipikirkannya matang –
matang. Perbedaan itu mungkin yang menutup hatinya dan pergi melangkah diam
dengan komitmen omong kosong dulu. Yah, saya berharap kelak di hati ini tidak
ada rasa benci dan rasa dendam untuknya. Karena saya tau itu bukan pilihan yang
bijak dan benar. Itu mutlak salah. Namun saya manusia, yang kadang tak mampu
mengontrol emosi karena sakit yang mendalam dan membekas yang setiap hari saya
bawa untuk berjalan merangkak di atas kerikil.
Dalam hati kecil saya bertanya,
“ Apakah dia bahagia melalui hari – harinya tanpa saya ?”
Mungkin jawabannya,
“ YA”. Buktinya dia mampu melakukan hal yang menyakitkan buat saya tanpa
memikirkan sedikitpun perasaan saya. Tanpa merasakan bahwa saya sedang
merangkak di atas kerikil dengan kaki dan tangan ini. Ini hal bodoh. Yah,
bodoh. Mengapa ? . karena tau kah kamu, bahwa sebenarnya saya tidak perlu jalan
merangkak di atas kerikil itu ? sebenarnya tidak semua jalan dipenuhi kerikil.
Ada beberapa di permukaan jalan yang bagus. Saya hanya memilih cara dengan
melompatnya satu demi satu. Dan hari ini, saya sudah mencobanya walau di awal
saya berjalan merangkak. Hari ini sudah saya lalui dengan tetap cucuran air
mata yang menghiasi mata dan wajah. Dan berharap besok tidak ada air mata untuk
dia yang tidak bertanggungjawab dengan komitmennya. Berharap besok saya masih
mampu melangkah melewati kerikil – kerikil itu dan berjuang membuang rasa
kesepian di hati. Berjuang untuk sesuatu yang mampu kulewati. Berharap ada seseorang yang sudah
dituliskan dalam rangkaian cerita hidup saya yang datang menopang tangan
melewati badai ini. Datang dan setia berjalan bersama saya melewati kerikil.
Berharap yang terbaik karena kita tidak boleh takut akan masa depan kita.
Saya butuh seseorang untuk
mendengarkan kisah ini, mendengarkan semua kisah yang saya alami. Paling tidak
mengurangi segumpal kesesakan yang tertimbun di dalam hati. Tapi saya tak bisa.
Saya hanya bisa menuliskan ini.
Sekian dan
terimakasih.
By : Ervides
Tidak ada komentar:
Posting Komentar