Modul 3.1- Pengembilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran
A.PERISTIWA (FACT)
Latar Belakang
Menurut KI Hajar Dewantara Pendidikan merupakan tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyrakat ,KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya.Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan. Pendidikan yang dimaksudkan salah satunya adalah di sekolah. Sekolah sebagai instansi resmi yang memiliki peraturan yang harus ditegakkan untuk menciptakan karakter disiplin siswa. Namun peraturan juga dapat menciptakan masalah bagi siswa dan orangtua jika terlalu kaku tanpa memandang secara moral. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang terbaik. Jikapun keputusan tersebut tidak bisa menyenangkan semua orang, sekurang-kurangnya keputusan tersebut tidak merugikan banyak pihak.
Berdasarkan surat Edaran dari Bupati Kabupaten Bengkalis yang menyatakan bahwa sekolah diperbolehkan menyelenggarakan kegiatan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) maka terdapat juga peraturan tambahan yang harus dibuat sesuai dengan protokol kesehatan yang diminta pemerintah. Terdapat juga peraturan sekolah yang mengharuskan siswa agar mengurangi naik kendaraan umum jika akan berangkat sekolah demi kenyamanan semua warga sekolah. Di dalam peraturan sekolah juga tertulis bahwa siswa SMP tidak diperbolehkan mengendarai kendaraan sendiri untuk datang ke sekolah.
Permasalahan yang
muncul
Seorang siswa yang
tinggal di daerah pedalaman, kurang lebih 12 kilometer dari sekolah mengendarai
sendiri sepeda motornya. Anak tersebut bernama Risky. Risky berangkat ke
sekolah mengenderai sepeda motor sendiri bersama dengan adiknya
kelas 4 SD. Sementara peraturan sekolah, siswa tidak diperbolehkan mengendarai
sepeda motor sendiri jika berangkat ke sekolah. Saya sebagai wali kelas sudah
berkomunikasi dengan orangtua Risky ternyata orangtuanya tidak bisa mengantar
karena harus bekerja. Bahkan Risky masih punya adik 3 orang yang masih kecil
yang tidak bisa ditinggalkan di rumah. Orangtua Risky memiliki harapan yang
sangat besar agar Risky bisa bersekolah di SMPS Santo Yosef. Saya juga sudah
menanyakan apakah memungkinkan untuk naik ojek bulanan namun orangtua
mengatakan akan membutuhkan tambahan biaya dan itu sulit karena kondisi ekonomi
keluarga. Jika sekolah tetap menegakkan aturan maka siswa tersebut akan jarang
hadir di sekolah bahkan tidak akan ke sekolah. Apa yang harus dilakukan wali
kelas dalam menghadapi situasi ini? Apa yang dilakukan sekolah dalam menegakkan
peraturan?
Gambar siswa mengendarai motor sendiri ke sekolah
Alasan
Melakukan Aksi Nyata
Kasus di atas merupakan dilema etika. Saya sebagai wali
kelas harus memilih apakah tetap menegakkan peraturan sekolah dengan resiko
anak akan jarang/tidak hadir ke sekolah. Saya merasa cemas dengan perkembangan
belajar Risky jika dia tidak hadir di sekolah karena larangan mengendarai
sepeda motor sendiri. Begitu juga tekanan guru-guru yang selalu menegur Risky
sehingga Risky merasa tidak nyaman berada di sekolah. Saya ingin membantu siswa
dengan segala kondisi dan tantangannya agar dapat tetap bersekolah di sekolah
yang diharapkan orangtua yaitu di SMPS Santo Yosef. Saya juga ingin menjalin
komunikasi dengan rekan sejawat agar tidak terlalu memojokkan siswa tersebut
dengan permaslahan yang dihadapi, yaitu melanggar aturan sekolah dengan
mengendarai sepeda motor sendiri. Sebagai guru harus serentak menjalin
komunikasi yang baik terhadap siswa agar siswa tidak merasa terlalu disalahkkan.
Guru harus mengayomi dan serentak membantu siswa.
Gambar majelis guru melakukan rapat membicarakan dilema
etika yang terjadi
Gambar guru melakukan komunikasi dengan orangtua siswa
Hasil Aksi
Nyata
-Dengan menjalin komunikasi dan berdiskusi
bersama rekan guru dan kepala sekolah, saya mengetahui kondisi keluarga Risky
yang memiliki adik masih kecil-kecil, orangtua harus bekerja, dan letak rumah
sangat jauh dari sekolah dan di daerah pedalaman
- Risky diperbolehkan membawa dan mengendarai
sendiri sepeda motornya jika akan berangkat ke sekolah
- Orangtua berkomitmen dan selalu berusaha jika
memungkin bisa mengantar akan mengantar, dan berusaha mencari bantuan keluarga
yang tidak memiliki kesibukan agar bisa mengantar dan menjemput Risky.
- Semua guru berkomitmen memberi perlakuan khusus
pada Risky dan jikapun masih ada anak yang kondisinya mirip bahkan lebih parah
dari yang dialami Risky juga diberi perlakuan khusus
- Risky merasa senang dan nyaman datang ke sekolah
serta selalu hadir ke sekolah
Hasil tersebut diperolah dari pengambilan dan pengujian keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langlah pengambilan dan pengujian keputusan, yaitu :
1. Mengenali nilai yang bertentangan : Nilai keadilan vs kasih sayang
Keadilan terhadap semua siswa dalam penerapan peraturan sekolah atau rasa kasih sayang terhadap Risky yang memiliki kondisi keluarga dan lokasi yang berbeda dengan siswa pada umumnya
2. Yang terlibat : Risky, orangtua Risky, wali kelas, kepala sekolah, dan rekan guru
3. Fakta yang relevan :
- Peraturan sekolah
- Kondisi keluarga Risky
- Jarak rumah Rizky ke sekolah
- Harapan besar orangtua yang menginginkan anaknya tetap bisa bersekolah di SMPS Santo Yosef
4. Pengujian Benar atau Salah
a.
Uji Legal : Tidak melanggar hukum
b.
Uji Regulasi : Terdapat pelanggaran peraturan
sekolah
c.
Uji Intuisi : Di satu sisi ada rasa tidak adil
terhadap siswa lain karena mengistimewakan Risky
d.
Uji Publikasi : Proses publikasi hanya sampai
internal pihak guru dan orangtua siswa. Jika ada siswa yang mengetahui bahwa Risky
mengendarai sepeda motor menuju sekolah maka guru memberikan penjelasan dan
pengertian agar siswa lain tidak merasa cemburu namun belajar memahami kondisi
orang lain.
e.
Uji Panutan/Idola : Idola akan memutuskan hal
yang sama dengan keputusan sekolah
Pengujian Paradigma Benar lawan Benar
5. Paradigma yang digunakan: Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
6. Prinsip yang digunakan: Berpikir Berbasis Rasa Peduli/ Care-Based Thinking
7. Investigasi opsi Trilema:
- Wali kelas berkomunikasi dengan orangtua Risky agar Orangtua berkomitmen dan selalu berusaha jika memungkin bisa mengantar akan mengantar, dan berusaha mencari bantuan keluarga yang tidak memiliki kesibukan agar bisa mengantar dan menjemput Risky.
- Risky berkomitmen tetap selalu berhati-hati mengendarai sepeda motor
8. Keputusan yang diambil : Risky diperbolehkan mengendarai sepeda motor sendiri berangkat ke sekolah dengan segala komitmen yang diterapkan Risky dan orangtua beserta resiko bahwa orangtua bertanggungjawab penuh atas permintaan tersebut
9. Refleksi Keputusan : Keputusan sudah tepat karena mempertimbangkan kondisi ekonomi, jarak, dan harapan besar orangtua untuk menyekolahkan anaknya di SMPS Santo Yosef namun Risky dan orangtua tetap menjalankan komitmen dan bertanggungjawab penuh atas permintaan dan harapan mereka.
B.Perasaan ( Feeling)
Saya merasa senang dan legah
telah melakukan pengambilan dan pengujian keputusan bersama rekan guru,
orangtua, dan siswa. Ternyata saya mampu menerapkan atau melakukan aksi nyata
pada modul ini dengan mengutamakan kepentingan siswa (berpihak pada murid).
Saya juga merasa senang karena mampu menjalin komunkasi yang baik terhadap
murid, rekan guru dan orangtua walaupun dihadapkan pada suatu dilema.
C. Pembelajaran (Findings)
Komunikasi yang baik dan
penelusuran lebih dalam untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi akan
memberikan ruang dan waktu pengambilan keputusan (pentingnya menjalin
komunikasi yang baik)
Pentingnya pengambilan dan pengujian keputusan dengan mempertimbangkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang bertanggungjawab karena hal ini dapat membantu pihak sekolah dan guru dalam menghadapi situasi dilema etika.
D. Penerapan ke depan (Future)
Pengambilan keputusan yang telah
saya dan pihak sekolah lakukan mungkin belum sempurna. Ke depannya jika saya
menemui kasus dilema etika atau bujukan moral, saya akan terus menerapkan 4
paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan dengan
lebih baik lagi saya mampu menganalisa setiap kasus dilema etika atau bujukan
moral yang terjadi di sekolah.
Saya juga akan lebih terbuka dalam melihat sebuah situasi yang menantang, baik itu dilema etika ataupun bujukan moral sehingga keputusan yang diambil tepat, cepat, bijaksana, dan selalu berpihak pada murid.
Oleh : Ervides Samosir, CGP Angkatan 2 Kabupaten Bengkalis
Sekolah Asal : SMPS Santo Yosef
Tidak ada komentar:
Posting Komentar