Jumat, 08 Oktober 2021

Aksi Nyata Modul 3.1- Pengembilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

                     Modul 3.1- Pengembilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

  A.PERISTIWA (FACT)

        Latar Belakang

Menurut KI Hajar Dewantara Pendidikan merupakan tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyrakat ,KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya.Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan. Pendidikan yang dimaksudkan salah satunya adalah di sekolah. Sekolah sebagai instansi resmi yang memiliki peraturan yang harus ditegakkan untuk menciptakan karakter disiplin siswa. Namun peraturan juga dapat menciptakan masalah bagi siswa dan orangtua jika terlalu kaku tanpa memandang secara moral. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang terbaik. Jikapun keputusan tersebut tidak bisa menyenangkan semua orang, sekurang-kurangnya keputusan tersebut tidak merugikan banyak pihak.

Berdasarkan surat Edaran dari Bupati Kabupaten Bengkalis yang menyatakan bahwa sekolah diperbolehkan menyelenggarakan kegiatan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) maka terdapat juga peraturan tambahan yang harus dibuat sesuai dengan protokol kesehatan yang diminta pemerintah. Terdapat juga peraturan sekolah yang mengharuskan siswa agar mengurangi naik kendaraan umum jika akan berangkat sekolah demi kenyamanan semua warga sekolah. Di dalam peraturan sekolah juga tertulis bahwa siswa SMP tidak diperbolehkan mengendarai kendaraan sendiri untuk datang ke sekolah.

Permasalahan yang muncul

Seorang  siswa yang tinggal di daerah pedalaman, kurang lebih 12 kilometer dari sekolah mengendarai sendiri sepeda motornya. Anak tersebut bernama Risky. Risky berangkat ke sekolah mengenderai sepeda motor sendiri bersama dengan adiknya kelas 4 SD. Sementara peraturan sekolah, siswa tidak diperbolehkan mengendarai sepeda motor sendiri jika berangkat ke sekolah. Saya sebagai wali kelas sudah berkomunikasi dengan orangtua Risky ternyata orangtuanya tidak bisa mengantar karena harus bekerja. Bahkan Risky masih punya adik 3 orang yang masih kecil yang tidak bisa ditinggalkan di rumah. Orangtua Risky memiliki harapan yang sangat besar agar Risky bisa bersekolah di SMPS Santo Yosef. Saya juga sudah menanyakan apakah memungkinkan untuk naik ojek bulanan namun orangtua mengatakan akan membutuhkan tambahan biaya dan itu sulit karena kondisi ekonomi keluarga. Jika sekolah tetap menegakkan aturan maka siswa tersebut akan jarang hadir di sekolah bahkan tidak akan ke sekolah. Apa yang harus dilakukan wali kelas dalam menghadapi situasi ini? Apa yang dilakukan sekolah dalam menegakkan peraturan?

                        Gambar siswa mengendarai motor sendiri ke sekolah

Alasan Melakukan Aksi Nyata

Kasus di atas merupakan dilema etika. Saya sebagai wali kelas harus memilih apakah tetap menegakkan peraturan sekolah dengan resiko anak akan jarang/tidak hadir ke sekolah. Saya merasa cemas dengan perkembangan belajar Risky jika dia tidak hadir di sekolah karena larangan mengendarai sepeda motor sendiri. Begitu juga tekanan guru-guru yang selalu menegur Risky sehingga Risky merasa tidak nyaman berada di sekolah. Saya ingin membantu siswa dengan segala kondisi dan tantangannya agar dapat tetap bersekolah di sekolah yang diharapkan orangtua yaitu di SMPS Santo Yosef. Saya juga ingin menjalin komunikasi dengan rekan sejawat agar tidak terlalu memojokkan siswa tersebut dengan permaslahan yang dihadapi, yaitu melanggar aturan sekolah dengan mengendarai sepeda motor sendiri. Sebagai guru harus serentak menjalin komunikasi yang baik terhadap siswa agar siswa tidak merasa terlalu disalahkkan. Guru harus mengayomi dan serentak membantu siswa.



Gambar CGP dan rekan guru berbagi modul Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Gambar majelis guru melakukan rapat membicarakan dilema etika yang terjadi




Gambar Guru melakukan diskusi dengan siswa membahas permasalahan dilema etika


Gambar guru melakukan komunikasi dengan orangtua siswa

Hasil Aksi Nyata

-Dengan menjalin komunikasi dan berdiskusi bersama rekan guru dan kepala sekolah, saya mengetahui kondisi keluarga Risky yang memiliki adik masih kecil-kecil, orangtua harus bekerja, dan letak rumah sangat jauh dari sekolah dan di daerah pedalaman

- Risky diperbolehkan membawa dan mengendarai sendiri sepeda motornya jika akan berangkat ke sekolah

- Orangtua berkomitmen dan selalu berusaha jika memungkin bisa mengantar akan mengantar, dan berusaha mencari bantuan keluarga yang tidak memiliki kesibukan agar bisa mengantar dan menjemput Risky.

- Semua guru berkomitmen memberi perlakuan khusus pada Risky dan jikapun masih ada anak yang kondisinya mirip bahkan lebih parah dari yang dialami Risky juga diberi perlakuan khusus

-  Risky merasa senang dan nyaman datang ke sekolah serta selalu hadir ke sekolah

Hasil tersebut diperolah dari pengambilan dan pengujian keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9  langlah pengambilan dan pengujian keputusan, yaitu :

  1. Mengenali nilai yang bertentangan : Nilai keadilan vs kasih sayang

Keadilan terhadap semua siswa dalam penerapan peraturan sekolah atau rasa kasih sayang terhadap Risky yang memiliki kondisi keluarga dan lokasi yang berbeda dengan siswa pada umumnya

 2. Yang terlibat : Risky, orangtua Risky, wali kelas, kepala sekolah, dan rekan guru

 3. Fakta yang relevan :

-    Peraturan sekolah

-    Kondisi keluarga Risky

-   Jarak rumah Rizky ke sekolah

-    Harapan besar orangtua yang menginginkan anaknya tetap bisa bersekolah di SMPS Santo Yosef

4. Pengujian Benar atau Salah

a.       Uji Legal : Tidak melanggar hukum

b.       Uji Regulasi : Terdapat pelanggaran peraturan sekolah

c.       Uji Intuisi : Di satu sisi ada rasa tidak adil terhadap siswa lain karena mengistimewakan Risky

d.       Uji Publikasi : Proses publikasi hanya sampai internal pihak guru dan orangtua siswa. Jika ada siswa yang mengetahui bahwa Risky mengendarai sepeda motor menuju sekolah maka guru memberikan penjelasan dan pengertian agar siswa lain tidak merasa cemburu namun belajar memahami kondisi orang lain.

e.       Uji Panutan/Idola : Idola akan memutuskan hal yang sama dengan keputusan sekolah

            Pengujian Paradigma Benar lawan Benar

5. Paradigma yang digunakan: Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

 6. Prinsip yang digunakan: Berpikir Berbasis Rasa Peduli/ Care-Based Thinking

7. Investigasi opsi Trilema:

-  Wali kelas berkomunikasi dengan orangtua Risky agar Orangtua berkomitmen dan selalu berusaha jika memungkin bisa mengantar akan mengantar, dan berusaha mencari bantuan keluarga yang tidak memiliki kesibukan agar bisa mengantar dan menjemput Risky.

-   Risky berkomitmen tetap selalu berhati-hati mengendarai sepeda motor

8. Keputusan yang diambil : Risky diperbolehkan mengendarai sepeda motor sendiri berangkat ke sekolah dengan segala komitmen yang diterapkan Risky dan orangtua beserta resiko bahwa orangtua bertanggungjawab penuh atas permintaan tersebut

 9. Refleksi Keputusan : Keputusan sudah tepat karena mempertimbangkan kondisi ekonomi, jarak, dan harapan besar orangtua untuk menyekolahkan anaknya di SMPS Santo Yosef namun Risky dan orangtua tetap menjalankan komitmen dan bertanggungjawab penuh atas permintaan dan harapan mereka.

B.Perasaan ( Feeling)

Saya merasa senang dan legah telah melakukan pengambilan dan pengujian keputusan bersama rekan guru, orangtua, dan siswa. Ternyata saya mampu menerapkan atau melakukan aksi nyata pada modul ini dengan mengutamakan kepentingan siswa (berpihak pada murid). Saya juga merasa senang karena mampu menjalin komunkasi yang baik terhadap murid, rekan guru dan orangtua walaupun dihadapkan pada suatu dilema.



Gambar guru dan murid dengan perasaan senang setelah menyelesaikan dilema etika.

C. Pembelajaran (Findings)

Komunikasi yang baik dan penelusuran lebih dalam untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi akan memberikan ruang dan waktu pengambilan keputusan (pentingnya menjalin komunikasi yang baik)

Pentingnya pengambilan dan pengujian keputusan dengan mempertimbangkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang bertanggungjawab karena hal ini dapat membantu pihak sekolah dan guru dalam menghadapi situasi dilema etika.

D. Penerapan ke depan (Future)

Pengambilan keputusan yang telah saya dan pihak sekolah lakukan mungkin belum sempurna. Ke depannya jika saya menemui kasus dilema etika atau bujukan moral, saya akan terus menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan dengan lebih baik lagi saya mampu menganalisa setiap kasus dilema etika atau bujukan moral yang terjadi di sekolah.

Saya juga akan lebih terbuka dalam melihat sebuah situasi yang menantang, baik itu dilema etika ataupun bujukan moral sehingga keputusan yang diambil tepat, cepat, bijaksana, dan selalu berpihak pada murid.


Oleh : Ervides Samosir, CGP Angkatan 2 Kabupaten Bengkalis
Sekolah Asal : SMPS Santo Yosef







Tidak ada komentar:

Posting Komentar