Mathematic Is Art
Kamis, 21 Oktober 2021
Jumat, 08 Oktober 2021
Aksi Nyata Modul 3.1- Pengembilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran
Modul 3.1- Pengembilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran
A.PERISTIWA (FACT)
Latar Belakang
Menurut KI Hajar Dewantara Pendidikan merupakan tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyrakat ,KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya.Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan. Pendidikan yang dimaksudkan salah satunya adalah di sekolah. Sekolah sebagai instansi resmi yang memiliki peraturan yang harus ditegakkan untuk menciptakan karakter disiplin siswa. Namun peraturan juga dapat menciptakan masalah bagi siswa dan orangtua jika terlalu kaku tanpa memandang secara moral. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang terbaik. Jikapun keputusan tersebut tidak bisa menyenangkan semua orang, sekurang-kurangnya keputusan tersebut tidak merugikan banyak pihak.
Berdasarkan surat Edaran dari Bupati Kabupaten Bengkalis yang menyatakan bahwa sekolah diperbolehkan menyelenggarakan kegiatan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) maka terdapat juga peraturan tambahan yang harus dibuat sesuai dengan protokol kesehatan yang diminta pemerintah. Terdapat juga peraturan sekolah yang mengharuskan siswa agar mengurangi naik kendaraan umum jika akan berangkat sekolah demi kenyamanan semua warga sekolah. Di dalam peraturan sekolah juga tertulis bahwa siswa SMP tidak diperbolehkan mengendarai kendaraan sendiri untuk datang ke sekolah.
Permasalahan yang
muncul
Seorang siswa yang
tinggal di daerah pedalaman, kurang lebih 12 kilometer dari sekolah mengendarai
sendiri sepeda motornya. Anak tersebut bernama Risky. Risky berangkat ke
sekolah mengenderai sepeda motor sendiri bersama dengan adiknya
kelas 4 SD. Sementara peraturan sekolah, siswa tidak diperbolehkan mengendarai
sepeda motor sendiri jika berangkat ke sekolah. Saya sebagai wali kelas sudah
berkomunikasi dengan orangtua Risky ternyata orangtuanya tidak bisa mengantar
karena harus bekerja. Bahkan Risky masih punya adik 3 orang yang masih kecil
yang tidak bisa ditinggalkan di rumah. Orangtua Risky memiliki harapan yang
sangat besar agar Risky bisa bersekolah di SMPS Santo Yosef. Saya juga sudah
menanyakan apakah memungkinkan untuk naik ojek bulanan namun orangtua
mengatakan akan membutuhkan tambahan biaya dan itu sulit karena kondisi ekonomi
keluarga. Jika sekolah tetap menegakkan aturan maka siswa tersebut akan jarang
hadir di sekolah bahkan tidak akan ke sekolah. Apa yang harus dilakukan wali
kelas dalam menghadapi situasi ini? Apa yang dilakukan sekolah dalam menegakkan
peraturan?
Gambar siswa mengendarai motor sendiri ke sekolah
Alasan
Melakukan Aksi Nyata
Kasus di atas merupakan dilema etika. Saya sebagai wali
kelas harus memilih apakah tetap menegakkan peraturan sekolah dengan resiko
anak akan jarang/tidak hadir ke sekolah. Saya merasa cemas dengan perkembangan
belajar Risky jika dia tidak hadir di sekolah karena larangan mengendarai
sepeda motor sendiri. Begitu juga tekanan guru-guru yang selalu menegur Risky
sehingga Risky merasa tidak nyaman berada di sekolah. Saya ingin membantu siswa
dengan segala kondisi dan tantangannya agar dapat tetap bersekolah di sekolah
yang diharapkan orangtua yaitu di SMPS Santo Yosef. Saya juga ingin menjalin
komunikasi dengan rekan sejawat agar tidak terlalu memojokkan siswa tersebut
dengan permaslahan yang dihadapi, yaitu melanggar aturan sekolah dengan
mengendarai sepeda motor sendiri. Sebagai guru harus serentak menjalin
komunikasi yang baik terhadap siswa agar siswa tidak merasa terlalu disalahkkan.
Guru harus mengayomi dan serentak membantu siswa.
Gambar majelis guru melakukan rapat membicarakan dilema
etika yang terjadi
Gambar guru melakukan komunikasi dengan orangtua siswa
Hasil Aksi
Nyata
-Dengan menjalin komunikasi dan berdiskusi
bersama rekan guru dan kepala sekolah, saya mengetahui kondisi keluarga Risky
yang memiliki adik masih kecil-kecil, orangtua harus bekerja, dan letak rumah
sangat jauh dari sekolah dan di daerah pedalaman
- Risky diperbolehkan membawa dan mengendarai
sendiri sepeda motornya jika akan berangkat ke sekolah
- Orangtua berkomitmen dan selalu berusaha jika
memungkin bisa mengantar akan mengantar, dan berusaha mencari bantuan keluarga
yang tidak memiliki kesibukan agar bisa mengantar dan menjemput Risky.
- Semua guru berkomitmen memberi perlakuan khusus
pada Risky dan jikapun masih ada anak yang kondisinya mirip bahkan lebih parah
dari yang dialami Risky juga diberi perlakuan khusus
- Risky merasa senang dan nyaman datang ke sekolah
serta selalu hadir ke sekolah
Hasil tersebut diperolah dari pengambilan dan pengujian keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langlah pengambilan dan pengujian keputusan, yaitu :
1. Mengenali nilai yang bertentangan : Nilai keadilan vs kasih sayang
Keadilan terhadap semua siswa dalam penerapan peraturan sekolah atau rasa kasih sayang terhadap Risky yang memiliki kondisi keluarga dan lokasi yang berbeda dengan siswa pada umumnya
2. Yang terlibat : Risky, orangtua Risky, wali kelas, kepala sekolah, dan rekan guru
3. Fakta yang relevan :
- Peraturan sekolah
- Kondisi keluarga Risky
- Jarak rumah Rizky ke sekolah
- Harapan besar orangtua yang menginginkan anaknya tetap bisa bersekolah di SMPS Santo Yosef
4. Pengujian Benar atau Salah
a.
Uji Legal : Tidak melanggar hukum
b.
Uji Regulasi : Terdapat pelanggaran peraturan
sekolah
c.
Uji Intuisi : Di satu sisi ada rasa tidak adil
terhadap siswa lain karena mengistimewakan Risky
d.
Uji Publikasi : Proses publikasi hanya sampai
internal pihak guru dan orangtua siswa. Jika ada siswa yang mengetahui bahwa Risky
mengendarai sepeda motor menuju sekolah maka guru memberikan penjelasan dan
pengertian agar siswa lain tidak merasa cemburu namun belajar memahami kondisi
orang lain.
e.
Uji Panutan/Idola : Idola akan memutuskan hal
yang sama dengan keputusan sekolah
Pengujian Paradigma Benar lawan Benar
5. Paradigma yang digunakan: Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
6. Prinsip yang digunakan: Berpikir Berbasis Rasa Peduli/ Care-Based Thinking
7. Investigasi opsi Trilema:
- Wali kelas berkomunikasi dengan orangtua Risky agar Orangtua berkomitmen dan selalu berusaha jika memungkin bisa mengantar akan mengantar, dan berusaha mencari bantuan keluarga yang tidak memiliki kesibukan agar bisa mengantar dan menjemput Risky.
- Risky berkomitmen tetap selalu berhati-hati mengendarai sepeda motor
8. Keputusan yang diambil : Risky diperbolehkan mengendarai sepeda motor sendiri berangkat ke sekolah dengan segala komitmen yang diterapkan Risky dan orangtua beserta resiko bahwa orangtua bertanggungjawab penuh atas permintaan tersebut
9. Refleksi Keputusan : Keputusan sudah tepat karena mempertimbangkan kondisi ekonomi, jarak, dan harapan besar orangtua untuk menyekolahkan anaknya di SMPS Santo Yosef namun Risky dan orangtua tetap menjalankan komitmen dan bertanggungjawab penuh atas permintaan dan harapan mereka.
B.Perasaan ( Feeling)
Saya merasa senang dan legah
telah melakukan pengambilan dan pengujian keputusan bersama rekan guru,
orangtua, dan siswa. Ternyata saya mampu menerapkan atau melakukan aksi nyata
pada modul ini dengan mengutamakan kepentingan siswa (berpihak pada murid).
Saya juga merasa senang karena mampu menjalin komunkasi yang baik terhadap
murid, rekan guru dan orangtua walaupun dihadapkan pada suatu dilema.
C. Pembelajaran (Findings)
Komunikasi yang baik dan
penelusuran lebih dalam untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi akan
memberikan ruang dan waktu pengambilan keputusan (pentingnya menjalin
komunikasi yang baik)
Pentingnya pengambilan dan pengujian keputusan dengan mempertimbangkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang bertanggungjawab karena hal ini dapat membantu pihak sekolah dan guru dalam menghadapi situasi dilema etika.
D. Penerapan ke depan (Future)
Pengambilan keputusan yang telah
saya dan pihak sekolah lakukan mungkin belum sempurna. Ke depannya jika saya
menemui kasus dilema etika atau bujukan moral, saya akan terus menerapkan 4
paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan dengan
lebih baik lagi saya mampu menganalisa setiap kasus dilema etika atau bujukan
moral yang terjadi di sekolah.
Saya juga akan lebih terbuka dalam melihat sebuah situasi yang menantang, baik itu dilema etika ataupun bujukan moral sehingga keputusan yang diambil tepat, cepat, bijaksana, dan selalu berpihak pada murid.
Oleh : Ervides Samosir, CGP Angkatan 2 Kabupaten Bengkalis
Sekolah Asal : SMPS Santo Yosef
Jumat, 01 Oktober 2021
Koneksi Antar Materi
Modul 3.2.a.9 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya
Sintesis Berbagai Materi
Kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan “Pemimpin Pembelajaran
dalam Pengelolaan Sumber Daya” dan bagaimana Anda bisa mengimplementasikannya
di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat.
Pemimpin pembelajaran tidak hanya
mencakup di lingkungan lokal akan tetapi pendidik yang mampu juga memimpin
secara global. Yang tidak hanya mengelola dan memanage kelas-kelas akan tetapi
memberikan kontribusi positif terhadap perubahan di lingkungan sekolah.
Seorang pendidik dalam
menjalankan perannya sebagai pemimpin pembelajaran harus dapat mendesain
program pembelajaran yang efektif. Untuk itu hal yang dapat dilakukan oleh
pemimpin pembelajaran adalah mengelola sumber daya yang ada di sekolah dan
sekitarnya untuk dapat dijadikan sebagai keunggulan sekolah dalam rangka
mendukung perwujudan visi dan misi sekolah. Artinya pemimpin pembelajaran harus
dapat mengenali, memahami, dan memanfaatkan sumber daya biotik dan abiotik yang
ada di sekolah dan sekitarnya secara terpadu demi terbentuknya kegiatan yang
dapat meningkatkan dan memaksimalkan potensi komunitas sekolah.
Pemimpin pembelajaran dalam
mengelola sumber daya, lebih penting menggunakan pendekatan berbasis
aset/kekuatan karena pendekatan ini memberikan nilai lebih pada kapasitas,
kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas.
Dengan demikian pendekatan ini melihat sebagai pencipta dari kesehatan dan
kesejahteraan, bukan sebagai sekedar penerima bantuan. Pendekatan ini juga
menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang
dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi
berdaya guna.
Pemetaan aset/kekuatan termasuk
hal utama dalam mengelola sumber daya di sekolah. Menurut Green dan Haines
(2002) dalam Asset building and community development, ada 7 aset utama yaitu:
1. 1. Modal
manusia
Sember daya
manusia yang berkualitas atau manusia yang memiliki kecakapan. Misalnya
kecakapan memimpin sekelompok orang dan kecakapan seseorang berkomunikasi
dengan berbagai kelompok. Kecakapan yang berhubungan dengan kewirausahaan.
2. 2. Modal
Sosial
Norma dan aturan
yang mengikat warga masyarakat yang ada di dalamnya dan mengatur pola perilaku
warga, juga unsur kepercayaan (trust) dan jaringan (networking) antara unsur
yang ada di dalam komunitas/masyarakat.
Asosiasi adalah
suatu kelompok yang ada di dalam komunitas masyarakat yang terdiri atas dua
orang atau lebih yang bekerja bersama dengan suatu tujuan yang sama dan saling
berbagi untuk tujuan yang sama. Asosiasi terdiri atas kegiatan yang bersifat
formal maupun nonformal. Beberapa contoh tipe asosiasi adalah berdasarkan
keyakinan, kesamaan profesi, kesamaan hobi, dan sebagainya.
3. 3. Modal
Fisik
Terdiri atas dua
kelompok yaitu: bangunan yang bisa digunakan untuk kelas atau lokasi melakukan
proses pembelajaran laboratorium, pertemuan, ataupun pelatihan. Infrastruktur
atau sarana prasarana, mulai dari saluran pembuangan, sistem air, mesin, jalan,
jalur komunikasi, sarana pendukung pembelajaran, alat transportasi, dan
lain-lain.
4. 4. Modal
Lingkungan/alam
Bisa berupa
potensi yang belum diolah dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dalam upaya
pelestarian alam dan juga kenyamanan hidup. Modal lingkungan terdiri dari
bumi, udara yang bersih, laut, taman,
danau, sungai, tumbuhan, hewan, dan sebagainya. Tanah untuk berkebun, danau
atau empang untuk beternak, semua hasil dari pohon seperti kayu, buah, bambu,
atau material bangunan yang bisa digunakan kembali untuk menenun dan
sebagainya.
5. 5. Modal
Finansial
Dukungan
keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas yang dapat digunakan untuk
membiayai proses pembangunan dan kegiatan sebuah komunitas. Modal finansial
termasuk tabungan, hutan, investasi, pengurangan dan pendapatan pajak, hibah,
gaji, serta sumber pendapatan internal dan eksternal. Modal finansial juga
termasuk pengetahuan tentang bagaimana menanam dan menjual sayur di pasar,
bagaimana menghasilkan uang dan membuat produk-produk yang bisa dijual,
bagaimana menjalankan usaha kecil, bagaimana memperbaiki cara penjualan menjadi
lebih baik, dan juga bagaimana melakukan pembukuan.
6. 6. Modal
Politik
Modal politik
adalah ukuran keterlibatan sosial. Semua lapisan atau kelompok memiliki peluang
atau kesempatan yang sama dalam kepemimpinan, serta memiliki suara dalam
masalah umum yang terjadi dalam komunitas.
Lembaga
pemerintah atau perwakilannya yang memiliki hubungan dengan komunitas, seperti
komunitas sekolah, komite pelayan kesehatan, pelayan listrik atau air.
7. 7. Modal
agama dan budaya
Upaya pemberian
bantuan empati dan perhatian, kasih sayang, dan unsur dari kebijakan praktis
(dorongan utama pada kegiatan pelayanan). Termasuk juga kepercayaan, nilai,
sejarah, makanan, warisan budaya, seni, dan lain-lain)
Kebudayaan yang
unik di setiap daerah masing-masing merupakan serangkain ide, gagasan, norma,
perlakuan, serta benda yang merupakan hasil karya manusia yang hidup berkembang
dalam sebuah ruang geografis.
Agama merupakan
suatu sistem berperilaku yang mendasar dan berfungsi untuk mengintegrasikan
perilaku individu di dalam sebuah komunitas, baik perilaku lahiriah maupun
simbolik. Agama menuntut terbentuknya moral sosial yang bukan hanya kepercayaan
tetapi juga perilaku atau amalan
Ritual keagamaan
dan kebudayaan yang ada di masyarakat serta pola relasi yang tercipta di
antaranya.
Berdasarkan
deskripsi di atas, dapat disimpulkan bahwa pemimpin dalam pengelolaan sumber
daya adalah kompetensi yang dimiliki individu dalam mengidentifikasi,
mengelola, dan memanfaatkan aset/potensi/kekuatan yang ada di sekolah untuk
mendorong tercapainya visi misi sekolah untuk menciptakan iklim belajar dan
ekosistem pendidikan yang berpusat pada murid.
Bagaimana hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu
proses pembelajaran murid menjadi berkualitas?
Pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas. Hal ini sangat tergantung bagaimana cara pandang pemimpin dan bagaimana pemimpin melibatkan atau memanfaatkan kekuatan positif yang dimiliki oleh unsur biotik dan abiotik yang dibutuhkan dalam setiap pembelajaran. Jika seorang pemimpin betul-betul mampu mengenali, memahami, dan mengorganisasi serta menggunakan kekuatan positif yang dibutuhkan maka pembelajaran murid yang berkualitas dapat diraih dengan mudah.
Bagaimana materi ini juga berhubungan dengan materi lain yang Anda
dapatkan sebelumnya selama mengikuti proses pelatihan Guru Penggerak
·
Kaitan dengan Modul Filosofi Pendidikan Ki
Hadjar Dewantara
Sebagaimana
pemikiran Ki Hadjar Dewantara bahwa pendidikan sebagai sebuah proses “Menuntun
segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan
dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai
anggota masyarakat”. Maka, sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan
sumber daya sekolah, seharusnya memanfaatkan seluruh kodrat alam dan kodrat
zaman yang ada sebagai sebuah kekuatan aset yang dimiliki untuk mendorong
sebuah agen perubahan transformasi pendidikan dalam mewujudkan merdeka
belajar bagi murid dan guru.
·
Kaitan dengan Modul Nilai dan peran Guru
Penggerak
Profil pelajar
Pancasila yaitu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak
mulia, mandiri, bernalar kritis, berkebhinekaan global, bergotong royong, serta
kreatif akan tercapai dan tertanam dalam jiwa dan perilaku murid jika warga
sekolah sebagai faktor biotik sekaligus modal manusia bergerak bersama
menanamkan serta membiasakan dalam tingkah laku mereka. Pemimpin mempunyai
peran yang urgen untuk memaksimalkan modal manusia dalam menciptakan profil
pelajar pancasila dengan mengimplementasikan nilai-nilai guru penggerak seperti
mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid.
·
Kaitan dengan Modul Visi guru Penggerak
Visi guuru
penggerak menciptakan murid yang merdeka dan sekolah yang berpihak pada murid
terwujud di bawah pimpinan yang mampu menciptakan kondisi tersebut. Pemimpin
harus mampu menyusun visi yang terukur, jelas dan mampu mengakomodir segala
kepentingan serta menciptakan pendidikan yang berpihak pada murid dengan
mengidentifikasi dan memanfaatkan segala sumber daya (aset) yang dimiliki
sekolah. Pemimpin menerapkan inkuiri apresiatif (IA) dengan tahapan BAGJA untuk
memaksimalkan sumber daya yang dimiliki dalam melakukan perubahan positif yang
diharapkan. Sehingga nantinya menjadi pembiasaan yang membentuk budaya positif
sekolah.
·
Kaitan dengan Modul Pembelajaran
Berdiferensiasi, Sosial emosional, dan Coaching
Pendidik adalah
pemimpin pembelajaran yang mengkreasi setiap murid untuk memiliki keleluasaan
emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Keleluasaan tersebut tertanam dan
terbiasa dalam diri murid sebagai bentuk dari perwujudan pembelajaran yang
dilakukan di dalam kelas atau di lingkungan sekolah yang mengintegrasikan
pembelajaran berdiferensiasi dan sosial emosional. Pembelajaran yang
mempertimbangkan dan memperhatikan kebutuhan belajar murid baik dari kesiapan,
minat, dan profil belajar murid. Pembelajaran yang menyenangkan yang menjadikan
murid mampu menggali dan mengendalikan emosi yang terjadi pada diri sehingga
terbentuk pribadi-pribadi yang mumpuni. Tercapainya itu semua karena peran
pemimpin yang mampu mengelola potensi yang ada pada diri setiap murid. Pemimpin
yang mampu memaksimalkan keunikan aset/kekuatan yang dimiliki murid. Pemimpin
yang mampu menciptakan kebermaknaan dalam belajar. Pendidik sepantasnya mampu
menciptakan situasi yang mendorong murid untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya dengan memperhatikan sosial emosional murid. Proses yang dilakukan
untuk mengembangkan potensi-potensi murid adalah dengan melakukan praktik
coaching. Pemimpin pembelajaran yang selalu menggali dan menemukan setiap
potensi untuk menyelesaikan setiap permasalahan dengan kekuatan/sumber daya
yang ada pada diri murid. Pendidik hanya mengarahkan dengan pertanyaan efektif
dan komunikasi asertif untuk mengembangkan potensi secara maksimal.
·
Kaitan dengan Modul Pengambilan Keputusan
sebagai Pemimpin Pembelajaran
Setiap individu
pernah mengalami situasi yang berada di antara dua pilihan benar. Pilihan yang
secara moral keduanya dapat diambil, namun mengharuskan individu tersebut
memilih salah satu keputusan yang paling tepat, yang disebut dilema etika. Tak
terkecuali pemimpin pasti dihadapkan dengan permasalahan yang menuntun untuk
mengambil keputusan tepat dengan resiko seminimal mungkin.
Dalam pengambilan
keputusan pemimpin harus menggali sumber daya yang ada yang dapat dimanfaatkan
sebagai kekuatan untuk memilih keputusan yang tepat. Penentuan keputusan dengan
melakukan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan dengan menyelaraskan
terhadap sumber daya yang dimiliki.
Bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti pelatihan
terkait modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah
mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.
Sebelum mempelajari modul ini,
saya selalu dihadapkan pada masalah yang memerlukan pengambilan keputusan yang
tepat untuk menyelesaikannya baik mengenai murid atau hal lain terkait dengan
program sekolah. Situasi tersebut cenderung saya sikapi dengan memandang
kekurangan yang ada. Kemudian mencari alternatif pemecahan masalah. Dengan
llangkah tersebut seringkali ditemui kendala-kendala yang tidak dapat diatasi
sehingga pemecahan masalah cenderung kurang berhasil. Namun setelah mempelajari
modul ini, saya berpikir bahwa lebih baik menggunakan pendekatan berbasis aset
(Asset-Based Thinking). Pendekatan ini membawa kita untuk selalu berpikir
positif dan memanfaatkan seluruh aset/kekuatan yang ada sehinggaa program yang
akan dikembangkan sangat memungkinkan menuai keberhasilan yang optimal.
Ervides Samosir, CGP Angkatan 2 Kabupaten Bengkalis
Senin, 13 September 2021
Koneksi Antar Materi Modul 1.3.a.9
Kamis, 26 Agustus 2021
2.3.a.9. Koneksi Antarmateri - Coaching
Jumat, 28 Mei 2021
Nilai dan Peran Guru Penggerak
Nilai adalah elemen terpenting dalam hidup seorang individu mengenai hal-hal benar, baik atau diinginkan. Pada hakikatnya perilaku manusia dipengaruhi oleh sebuah nilai. Disadari ataupun tidak, manusia mengandung nilai-nilai tertentu. Nilai ini adalah potensi manusia sesuai dengan individualitas dan keunikan kepribadiannya.
Nilai dan peran guru penggerak bersinergi dalam upaya mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Profil pelajar pancasila menjadi pedoman tema besar kebijakan pendidikan Indonesia saat ini, yaitu Merdeka Belajar.
Lima Nilai Guru Penggerak yaitu :
1. Nilai Mandiri, yaitu kemampuan mendorong diri untuk melakukan perubahan, untuk memulai sesuatu terkait dengan perubahan yang diinginkan terjadi
2. Nilai Reflektif, yaitu tindakan perenungan dalam menemukan kendala, hal baik, dan tindakan mengatasi kendala demi perbaikan diri/kinerja secara berkala
3. Nilai Kolaboratif, yaitu memunculkan perilaku seperti kerjasama, berkomunikasi, memahami peran masing-masing pihak dalam suatu situasi tertentu
4. Nilai Inovatif, yaitu memunculkan gagasan-gagasan baru dan tepat guna terkait situasi tertentu dan permasalahan tertentu
5. Berpihak pada Murid, yaitu melakukan segala sesuatu demi kepentingan murid dan melayani setulus hati.
1
Ilustrasi Gambaran Diri |
Ilustrasi gambar diri yang telah saya buat pada gambar di atas mengartikan
bahwa nilai-nilai (Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, Berpihak pada
murid) yang dimiliki guru penggerak, dapat menggerakkan diri untuk tergerak dalam
melakukan perannya yaitu sebagai:
1.
Pemimpin
pembelajar
2.
Menggerakkan
komunitas praktisi
3.
Menjadi
coach bagi guru lain
4.
Mendorong
kolaborasi antar guru
5.
Mewujudkan
kepemimpinan murid
Nilai-nilai tersebut sebagai payung untuk siap menghadapi tantangan apapun, baik tantangan zaman, tantangan pandemi, dan lainnya. Hingga akhirnya nilai tersebut menularkan kepada murid sebuah profil yaitu profil pelajar pancasila.
Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah kemampuan guru dalam menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak, agar anak dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat/
Berpusat pada
murid identiknya seorang guru mampu menjadi pelayan dalam kegiatan pembelajaran
dikelas , menghindari untuk memaksakan kehendak guru demi selesainya tugas guru, menghindari pencapaian materi terus menerus tanpa memperhatikan kondisi anak, menghindari melakukan hukuman-hukuman yang akan membuat anak
anak tertekan, minat belajar anak akan hilang karena dihantui dengan perasaaan
tidak nyaman. Dalam setiap kegiatan pemberian hukuman dan teguran harus dipikirkan
dampaknya. Memikirkan dampak dari hukuman lebih utama dari memberikan hukuman
kemudian esensi dari hukuman itu kurang tercapai.
Dasar-dasar pendidikan Ki Hadjar Dewantara bahwa guru dan siswa seperti
halnya seorang petani dengan tanamannya. Seorang petani tidak bisa
memaksa agar tanamannya cepat berbuah dengan menarik batang atau daunnya.
Tanaman itu akan berbuah manakala ia memiliki potensi untuk berbuah serta telah
sampai pada waktunya untuk berbuah.
Tugas guru
adalah menjaga, merawat, mengarahkan dan membimbing agar siswa tumbuh dan berkembang
sesuai dengan potensi, kodrat,minat dan bakatnya. Inilah makna peran sebagai
pembimbing pembelajaran . Jadi, inti dari peran guru sebagai pembimbing adalah
terletak pada kekuatan intensitas hubungan interpersonal antara guru dengan
siswa yang dibimbingnya.
Peran guru penggerak dituntut untuk mampu mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosa, dan kalau masih dalam batas kewenangannya, berkolaborasi dengan kesiswaan dan bimbingan konseling di sekolah itu, tentunya untuk mencari solusi positif tanpa merugikan masa depan si anak . Hal ini yang digagaskan oleh Ki Hajar Dewantara tentang bagaimana murid menjadi manusia yang merdeka. Karakter merdeka dengan tetap memelihara ketertiban dan kedamaian ditengah masyarakat.
Dalam menerapkan nilai dan perannya untuk mewujudkan profil pelajar pancasila diperlukan strategi-strategi. Strategi ini kemudian membantu guru mengembangkan diri, mengembangkan kemampuan, dan mengembangkan kualitas karya. Strategi ini nantinya menjadikan guru mencapai gambaran diri yaitu sebagai guru yang siap menghadapi tantangan zaman, tantangan pandemi, tantangan keberagaman karakter dan latar belakang anak. Strategi yang dapat dilakukan guru dalam menerapkan nilai dan perannya untuk mewujudkan profil pelajar pancasila adalah :
1. Memahami tentang nilai diri dengan analogi identitas gunung es. Guru adalah manusia yang senantiasa mampu selalu berusaha untuk menggerakkan manusia lain. Oleh karena itu guru harus terlebih dahulu sadar bagaimana dirinya tergerak, kemudian memilih bergerak dan akhirnya menggerakkan orang lain.
2. Seteleah guru memahami tentang nilai diri, guru harus update, mencari informasi-informasi terbaru khususnya dalam bidang pendidikan
3. Mengupgrade kemampuan, terbuka untuk belajar hal baru yang didapat dari perkembangan zaman
4. Sharing, mau berbagi/mengajak teman sejawat untuk saling berbagi pengetahuan/pengalaman dan ilmu demi kepentingan siswa
5. Aplikasi, melakukan pembiasaan peran serta nilai guru penggerak secara konsisten demi mewujudkan merdeka belajar.
Dalam memunculkan nilai diri guru serta melakukan perannya dalam mencapai gambaran diri tentu membutuhkan kerja keras luar biasa dan dilakukan secara konsisten. Ini bukanlah hal mudah mengingat banyaknya tuntutan guru di sekolah dalam menjalankan tugasnya, baik tuntutan pihak sekolah, orangtua siswa, bahkan keluarga sendiri dalam mensejahterakan hidupnya. Hal ini membutuhkan dukungan dari beberapa pihak yaitu:
1. Kepala Sekolah, sebagai fasilitator dan pemberi dukungan dalam melaksanakan peran dan nilai guru. Kepala sekolah membantu dalam mengontrol berjalannya nilai dan peran guru.
2. Rekan Guru, sebagai motivator, memberi motivasi/semangat, tempat berdiskusi, berkolaborasi, memberi masukan positif serta tempat berbagi pengetahuan yang dimiliki
3. Peserta Didik, sebagai mitra yaitu berpartisipasi aktif dan bersama melakukan refleksi untuk menemukan kendala dan solusi demi perbaikan
4. Diri Sendiri, sebagai eksekutor yaitu mengeksekusi segala strategi dalam mencapai gambaran diri mewujudkan profil pelajar pancasila.
Peran dan nilai guru penggerak di atas perlu mendapat perawatan
agar tetap subur dan berkembang dengan baik, perlu mendapat kepedulian dari
pihak, perlu mendapat semangat yang sama agar guru penggerak mampu secara
optimal melaksanakan tugasnya mencapai gambaran diri yang diharapkan. Dan untuk
mewujudkan semua itu, diperlukan komitmen, kesungguhan, sistem implementasi
nyata semua pihak sehingga harapan tertanam profil pelajar pancasila dapat
terwujud di tana Indonesia tercinta ini
Kamis, 24 Desember 2015
Tolong bayangkan apa yang aku rasakan.
Hari ini seperti biasanya hatiku sangat sakit dan hampa. Hari-hari kulalui hanya dengan membayangkan dirinya. Aku tak punya tenaga untuk melupakannya. Aku hanya ingin berbicara dengannya.
" Coba bayangkan apa yang kurasa. Coba bayangkan diriku. Coba bayangkan dirimu jadi dirku. Coba bayangkan seandainya semua ini berbalik padamu,mungkin bukan melalui aku tapi melalui orang lain. Coba bayangkan itu. Coba rasakan itu"
Malam ini malam Natal yang membawa kedamaian buat semua orang. Apakah juga buat aku ? Aku berbaring tanpa bisa melakukan apa-apa. Aku tidak tau apakah aku bisa merayakan hari ulangtahun Yesus malam ini? Aku berharap aku bisa. Aku berharap ada kedamaian dalam hatiku. Aku berharap dan berharap. Hanya Tuhan yang bisa menyembuhkanku dari penyakit maupun dari luka yang sudah dia beri untukku.